Selasa, 01 Mei 2012

segi-segi kemukjizatan al-qur'an





Disusun oleh:
MUHAMMAD MAARIF
(NIM:14112211279)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SYEKH NURJATI
CIREBON
Jln.Perjuangan by pass Sunyaragi - Cirebon


Latar belakang
            Tujuan kita membagas tentang kemukjizatan Al-Quran adalah untuk mempertebal keyakinan kita mengenai Al-Quran bahwasannya Al-Quran adalah penerang umat islam di muka bumi, di dalamnya terkandung perintah hukum serta pedoman-pedoman yang ditunjukan kepada umat manusia. Sehingga Al-Quran bisa menjadikan rahmatan lil alamin bagi umat manusia.
            Oleh karena itu dalam dalm pembahasan ini kita perlu mengkaji lebih dalam tentang segi-segi kemukjizatan Al-Quran dalam aspek bahasa dan tuisannya.
Pembahasan
1.Pengertian
           Kata mukjizat diambil dari bahasa arab a’jaza-I’jaz yang berarati melemahkan atau menjadikan tidak mampu .Pelakunya(yang melemahkan )dinamakan mukjiz dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkam lawan , dinamakan mukjizat[1].
           Secara etimologi, menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an jilid 2 hal.116,”Mukjizat dalam pemahaman syara’ adalah kejadian yang melampaui batas kebiasaan , didahului olehtantangan ,tanpa ada tandingan “
2.Macam –macam mukjizat
          Secara garis besar , mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok yaitu yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat imaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan  jenis pertama . Mukjizat  mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluar biasaan tersebutdapat disaksikan atau dijangkau  langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan risalahnya[2] .
3.Segi-segi kemukjizatan Al-qur’an  
 a.Gaya Bahasa
       Gaya bahasa Al-qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona . Kehalusan ungkapan bahasanya banyak membuat banyak dian tara mereka masuk islam .Bahkan Umar bin Khatab pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling membenci /memusuhi nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya , memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an .Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apun.[3]
            Bahasa atau kalimat-kalimat al-qur’an adalah kalimat –kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bahasa Arab.Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga didalamnya dapat dirasakan ruh dinamika. Adapun huruf tidak lain hanya symbol makna-makna, sementara lafazh memiliki petunjuk-petunjuk etimologis yang berkaitan dengan makna-makna tersebut. Menuangkan makna-makna yang  abstrak tersebut kepada batin seseorang dan kepada hal-hal yang biasa dirasakan (al-mabsusat) yang bergerak didalam imajinasi dan perasaan, bukan hal yang mudah dilakukan. [4]
              Al-qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya sehingga membuat kagum, bukan hanya bagi orang-orang mukmin , tetapi juga bagi orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringakali secara sembunyi-sembunyi mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibaca oleh kaum muslim.
 Berdsarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan Al-Qur`an bersifat maknawy / immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu pertama, para nabi sebelum Muhammad SAW. ditugaskan pada masyarakat dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan Al-Qur`an tidak terbatas pada masyrakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang masa. Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) –sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab- ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut[5]. Posisi Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi bahwa potensi pikir-rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal.
Timbul pertanyaan lain,”apakah mungkin mukjizat Al-Qur’an dengan penjelasan dan keindahan bahasanya diterjemahkan untuk diketahui orang asing yang tidak mengerti bahasa arab ?” Pertanyaan ini mengarah kita pada sebuah hakikat penting .Yaitu, bahwa para penerjemah muslim, yang berusaha menerjemahkan Al-Qur’an menemukan kerumitan dan usaha berat untuk memaparkan untaian Qur’ani dari teks Arab yang indah dan memiliki tekanan dalam waktu yang sama .Apalagi, keindahan inspirasi dan daya tariknya , ungkapan yang berani dan kelembutan syairnya .Sementara itu ,pada waktu yang sama berusaha setiap helai makna dengan tetap memperhatikan kebesaran dan ketinggian makna yang dikandungnya .
Letak mukjizat Al-Qur’an pada lafaz-lafaznya uang dapat dibaca dan didengarkan bias menumbuhkan hidup yang baru dalam jiwa setiap muslim .Khususnya ,bagi mereka yang pandai berbahasa Arab dan mengerti dengan rahasia-rahasianya.
Rahasia-rahasianya dan hakikat-hakikat yang dikandung dalam Al-qur’an tidak saja tertuju padahal yang bersifat ilmiah. Ia juga mengandung rahasia-rahasia dan hakikat hakikat jiwa  dan ruh yang bisa meninggikan derajat manusia dan mendorongnya menuju kesempurnaan . Hakikat ini bisa ditemukan dalam Al-qur’qn oleh ahli ilmu social, filsafat , dan ilmu jiwa.Bisa juga ditemukan oleh mereka yang tidak mengeri makna tersirat dari bahasa selain dari hanya sekedar tahu bahasa percakapan.


b.Susunan kalimat
        Kendatipun Al-qur’an itu hadis qudsi,dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi , tetapi uslub (style) atau susunan bahasanya jauh berbeda.Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingka dengan lainnya .Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.Didalam uslub tersebut terkandung  nilai-nilai istimewa yang tidak pernah ada pada ucapan manusia .
         Dalam Al-qur’an , misalnya banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi sangat mempesona, Jauh lebih indah daripada apa yang dibuat oleh para penyair dan sastrawan .Dapat dilihat dalam contoh surat Al-Qori’ah ayat 5, Allah berfirman:
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hemburkan “
Bulu yang dihambur-hamburkan ini sebagai gambaran dari gunung gunung yang telah hancur lebur berserakan bagian-bagiannya. 
Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam pengucapannya. Lebih lanjut –dengan mengutip Az-Zarqoni- keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti beragam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi(18: 9-16) yang diakhiri vocal “a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. Namun Walid Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt dalam bukunya “bell’s Introduction to the Qoran” bahwa style Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila[6]. Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab mngutip pendapat Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia mengatakan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi’at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang.[7]


4.Analisis

        Ternyata Al-Qur’an merupakan hal mukjizat terbesar yang turun dimuka bumi yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW yang ditunjukkan untuk umat Islam. Al-Qur’an bagikan cahaya yang menyinari bumi yang dalam kegelapan dan Al-Qur’an juga menjadi pedoman dan tuntunan bagi umat manusia dalm menjalani kehidupannya.
       Keistimewaan Al-Qur’an juga terdapat dari gaya bahasa dan susunan kalimat. Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang-orang menjadi kagum dan terpesona sampai-sampai mereka masuk Islam. Apabila kita mendengarkan lantunan Al-Qur’an dengan tenang maka kita merasakan ada getaran dalam diri kita yang sulit untuk diungkapan seperti ada ketenangan jiwa yang kita rasakan. Gaya bahasa Al-Qur’an juga berbeda dengan bahasa Arab.
        Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya sehingga membuat kagum, bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi bagi orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Disamping mengagumi keindahan bahasa  Al-Qur’an, mereka juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
    Oleh karena itu  Al-Qur’an menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi semua makhluk didunia. Didalamnya merupakan petunjuk yang benar dan menjadi pedoman hidup bagi siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan diakhirat dan apabila orang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur’an maka celakalah mereka. Tidak ada satupun kitab didunia ini yang setara dengan mukjizat yang diberika kepada nabi Muhammad SAW yaitu Al-Qur’an yang menjadi penerang kehidupan alam semesta.

Daftar Pustaka
1.M. Quraish Shihab. Mukjizat Al-Qur`an. Bandung|: Misan, cetakan V April 1999
2.Abdushamad, Muhammad Kamil.2003.Mukjizat ilmiah dalam Al-Qur’an.Bandung:Media Eka Sarana.
3.Al-munawan, Said Agil Husin.Al-qur’an Membangun Kesalehan yang Hakiki.Ciputat: Press
4 Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur`an, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1 November 1997



[1] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, Mizan ,Bandung, 1997,hlm.23
[2] Ibid,…….hlm.35
[3] Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus,1390,hlm.105.
[4] Said Agil Husin Al-munawan. Al-Qur’an Membangun Kesalehan yang Hakiki.hlm:33
[5]  M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 36-37

[6]  Lihat Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Pers yogyakarta cetakan 1 November 1997, hal. 39-41
[7] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 119