Disusun oleh:
MUHAMMAD MAARIF
(NIM:14112211279)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SYEKH NURJATI
Jln.Perjuangan by pass Sunyaragi - Cirebon
Latar belakang
Tujuan kita membagas tentang kemukjizatan Al-Quran adalah
untuk mempertebal keyakinan kita mengenai Al-Quran bahwasannya Al-Quran adalah
penerang umat islam di muka bumi, di dalamnya terkandung perintah hukum serta
pedoman-pedoman yang ditunjukan kepada umat manusia. Sehingga Al-Quran bisa
menjadikan rahmatan lil alamin bagi umat manusia.
Oleh karena itu dalam dalm pembahasan ini kita perlu
mengkaji lebih dalam tentang segi-segi kemukjizatan Al-Quran dalam aspek bahasa
dan tuisannya.
Pembahasan
1.Pengertian
Kata mukjizat diambil dari bahasa arab a’jaza-I’jaz yang berarati melemahkan atau menjadikan tidak mampu .Pelakunya(yang
melemahkan )dinamakan mukjiz dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain
sehingga mampu membungkam lawan , dinamakan mukjizat[1].
Secara etimologi, menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan fi ‘Ulum
Al-Qur’an jilid 2 hal.116,”Mukjizat dalam pemahaman syara’ adalah kejadian yang
melampaui batas kebiasaan , didahului olehtantangan ,tanpa ada tandingan “
2.Macam
–macam mukjizat
Secara garis besar , mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok
yaitu yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan
mukjizat imaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat
nabi-nabi terdahulu merupakan jenis
pertama . Mukjizat mereka bersifat material
dan indrawi dalam arti keluar biasaan tersebutdapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat
mereka menyampaikan risalahnya[2]
.
3.Segi-segi
kemukjizatan Al-qur’an
a.Gaya Bahasa
Bahasa
atau kalimat-kalimat al-qur’an adalah kalimat –kalimat yang menakjubkan, yang
berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bahasa Arab.Ia mampu mengeluarkan sesuatu
yang abstrak kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga didalamnya dapat
dirasakan ruh dinamika. Adapun huruf tidak lain hanya symbol makna-makna,
sementara lafazh memiliki petunjuk-petunjuk etimologis yang berkaitan dengan
makna-makna tersebut. Menuangkan makna-makna yang abstrak tersebut kepada batin seseorang dan
kepada hal-hal yang biasa dirasakan (al-mabsusat)
yang bergerak didalam imajinasi dan perasaan, bukan hal yang mudah dilakukan. [4]
Al-qur’an mencapai tingkat
tertinggi dari segi keindahan bahasanya sehingga membuat kagum, bukan hanya
bagi orang-orang mukmin , tetapi juga bagi orang-orang kafir. Berbagai riwayat
menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringakali secara sembunyi-sembunyi
mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibaca oleh kaum muslim.
Berdsarkan
sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW.
sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi
terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan
Al-Qur`an bersifat maknawy / immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal
mendasar yaitu pertama, para nabi sebelum Muhammad SAW. ditugaskan pada
masyarakat dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara.
Sedangkan Al-Qur`an tidak terbatas pada masyrakat dan masa tertentu sehingga
berlaku sepanjang masa. Kedua, secara historis-sosiologis dalam
pemikirannya manusia mengalami perkembangan. Auguste Comte(1798-1857)
–sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab- ia berpendapat bahwa pikiran manusia
dalam perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang
terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase
metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan
mengembalikan pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah,
dimana manusia dalam menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan
secara teliti dan eksperimen sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur
fenomena tersebut[5].
Posisi Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi
bahwa potensi pikir-rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal
dan eternal.
Timbul
pertanyaan lain,”apakah mungkin mukjizat Al-Qur’an dengan penjelasan dan
keindahan bahasanya diterjemahkan untuk diketahui orang asing yang tidak
mengerti bahasa arab ?” Pertanyaan ini mengarah kita pada sebuah hakikat
penting .Yaitu, bahwa para penerjemah muslim, yang berusaha menerjemahkan
Al-Qur’an menemukan kerumitan dan usaha berat untuk memaparkan untaian Qur’ani
dari teks Arab yang indah dan memiliki tekanan dalam waktu yang sama .Apalagi,
keindahan inspirasi dan daya tariknya , ungkapan yang berani dan kelembutan
syairnya .Sementara itu ,pada waktu yang sama berusaha setiap helai makna
dengan tetap memperhatikan kebesaran dan ketinggian makna yang dikandungnya .
Letak
mukjizat Al-Qur’an pada lafaz-lafaznya uang dapat dibaca dan didengarkan bias
menumbuhkan hidup yang baru dalam jiwa setiap muslim .Khususnya ,bagi mereka
yang pandai berbahasa Arab dan mengerti dengan rahasia-rahasianya.
Rahasia-rahasianya
dan hakikat-hakikat yang dikandung dalam Al-qur’an tidak saja tertuju padahal
yang bersifat ilmiah. Ia juga mengandung rahasia-rahasia dan hakikat hakikat
jiwa dan ruh yang bisa meninggikan
derajat manusia dan mendorongnya menuju kesempurnaan . Hakikat ini bisa
ditemukan dalam Al-qur’qn oleh ahli ilmu social, filsafat , dan ilmu jiwa.Bisa
juga ditemukan oleh mereka yang tidak mengeri makna tersirat dari bahasa selain
dari hanya sekedar tahu bahasa percakapan.
b.Susunan
kalimat
Kendatipun Al-qur’an itu hadis qudsi,dan hadis nabawi sama-sama keluar
dari mulut nabi , tetapi uslub (style) atau susunan bahasanya jauh
berbeda.Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingka
dengan lainnya .Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.Didalam uslub
tersebut terkandung nilai-nilai istimewa
yang tidak pernah ada pada ucapan manusia .
Dalam Al-qur’an , misalnya
banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam bentuk
yang sangat indah lagi sangat mempesona, Jauh lebih indah daripada apa yang
dibuat oleh para penyair dan sastrawan .Dapat dilihat dalam contoh surat Al-Qori’ah ayat 5,
Allah berfirman:
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu
yang dihambur-hemburkan “
Bulu yang dihambur-hamburkan ini sebagai
gambaran dari gunung gunung yang telah hancur lebur berserakan
bagian-bagiannya.
Kajian
mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya
Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya
antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam
pengucapannya. Lebih lanjut –dengan mengutip Az-Zarqoni- keserasian tersebut
adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini
bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang
mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi
sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat
melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti
beragam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi(18: 9-16) yang diakhiri vocal
“a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka
(masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. Namun Walid
Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu
ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir
(mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery
Watt dalam bukunya “bell’s Introduction to the Qoran” bahwa style
Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis
dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila[6].
Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab mngutip pendapat
Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia mengatakan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi
yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia
untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi’at ayat 1-5. Kemudian
dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam
ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang.[7]
4.Analisis
Ternyata Al-Qur’an merupakan hal
mukjizat terbesar yang turun dimuka bumi yang diberikan kepada nabi Muhammad
SAW yang ditunjukkan untuk umat Islam. Al-Qur’an bagikan cahaya yang menyinari
bumi yang dalam kegelapan dan Al-Qur’an juga menjadi pedoman dan tuntunan bagi
umat manusia dalm menjalani kehidupannya.
Keistimewaan Al-Qur’an juga terdapat
dari gaya
bahasa dan susunan kalimat. Gaya
bahasa Al-Qur’an membuat orang-orang menjadi kagum dan terpesona sampai-sampai
mereka masuk Islam. Apabila kita mendengarkan lantunan Al-Qur’an dengan tenang
maka kita merasakan ada getaran dalam diri kita yang sulit untuk diungkapan
seperti ada ketenangan jiwa yang kita rasakan. Gaya bahasa Al-Qur’an juga berbeda dengan
bahasa Arab.
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi
dari segi keindahan bahasanya sehingga membuat kagum, bukan saja bagi
orang-orang mukmin, tetapi bagi orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan
bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi mendengarkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Disamping mengagumi keindahan
bahasa Al-Qur’an, mereka juga mengagumi
kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu Al-Qur’an menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi
semua makhluk didunia. Didalamnya merupakan petunjuk yang benar dan menjadi
pedoman hidup bagi siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan diakhirat dan
apabila orang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur’an maka celakalah mereka. Tidak
ada satupun kitab didunia ini yang setara dengan mukjizat yang diberika kepada
nabi Muhammad SAW yaitu Al-Qur’an yang menjadi penerang kehidupan alam semesta.
Daftar Pustaka
1.M.
Quraish Shihab. Mukjizat Al-Qur`an. Bandung|: Misan, cetakan V April 1999
2.Abdushamad,
Muhammad Kamil.2003.Mukjizat ilmiah dalam Al-Qur’an.Bandung:Media Eka Sarana.
3.Al-munawan,
Said Agil Husin.Al-qur’an Membangun Kesalehan yang Hakiki.Ciputat: Press
4 Shihabuddin Qulyubi, Stilistika
Al-Qur`an, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1 November 1997
[1]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, Mizan ,Bandung , 1997,hlm.23
[2]
Ibid,…….hlm.35
[3]
Muhammad Ali Ash-Shabuni,
At-tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus,1390,hlm.105.
[4]
Said Agil Husin Al-munawan.
Al-Qur’an Membangun Kesalehan yang Hakiki.hlm:33
[6]
Lihat Shihabuddin
Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Pers yogyakarta
cetakan 1 November 1997, hal. 39-41
[7] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan
Bandung, cetakan V April 1999, hal. 119